Di berbagai media kita sering membaca kisah inspiratif orang-orang dalam membeli hewan qurban, ada 7 anak kecil yang menabung dan patungan untuk membeli hewan qurban sapi, ada juga nenek pemulung yang menabung selama 5 tahun demi membeli sapi untuk qurban dan banyak kisah-kisah inspiratif lainya.
Eka Darul Ikhsan, seorang teller kantor BDS Kas Kalasan yang juga masih “nyambi” sebagai mahasiswa semester 2 ini akhirnya bisa menunaikan qurban pertamanya. Beliau sudah berniat untuk qurban sejak tahun 2018, namun tertunda-tunda karena berbagai urusan. Mas Eka merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ibuknya adalah seorang pedagang di pasar sleman, sedangkan ayahnya adalah seorang penggarap sawah.
“…Alhamdulillah tahun ini bisa ikut qurban sapi rasanya senang Mas, soalnya biasanya saya cuma bisa qurban perasaan hehe…” kelakarnya.
“…Besok pas nyebrang jembatan shirotol mustaqim biar ada tunggangannya…”, kelakarnya ketika dihubungi via whatsapp.
Sahabat karib sekaligus partner kerja Mas Eka, yaitu Mas Agus Sulistyo (biasa dipanggil Sulis), yang berposisi sebagai security kantor BDS Kas Kalasan tahun ini juga bisa menunaikan qurban, walaupun beliau baru bekerja kurang lebih 8 bulan di BDS, akan tetapi karena niat yang kuat untuk bisa berqurban akhirnya terwujud ditahun 2020 ini. Mas Sulis merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara, beliau berasal dari keluarga sederhana, ibunya berjualan bubur di pagi hari dan ayahnya adalah seorang petani.
“Alhamdulillah rasanya senang, bersyukur bisa dipermudah berqurban tahun ini, karena saya sudah ada niatan dari tahun kemarin, harus bisa berqurban sebelum menikah, dan akhirnya bisa terwujud tahun ini, dan itu juga tidak lepas dari dukungan dari teman-teman di BDS” ujar Mas Sulis ketika dihubungi via whatsapp. Beliau berharap qurban tahun ini bisa menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, melancarkan rezeki dan mempermudah urusan-urusan di dunia dan di akhirat.
Di luar sana mungkin masih banyak anak muda se-usia Mas Eka dan Mas Sulis yang belum tergerakkan hatinya untuk berqurban sehingga kecukupan harta yang dimiliki justru cenderung dipakai untuk sesuatu yang kurang bermanfaat. Dari Mas Eka dan Mas Sulis ini kita bisa ambil hikmah bahwa modal berqurban selain harta adalah niat, tanpa niat yang kuat orang yang mampu secara harta pun belum tentu tergerakkan hatinya untuk berqurban. Akan tetapi jika sudah diawali dengan niat maka jalan rezeki InsyaAllah akan dibukakan dan hati digerakkan untuk selalu beribadah kepada Allah SWT.
Makna berqurban secara sederhana adalah bahwa setiap kita adalah Ibrahim, dan setiap yang kita miliki adalah Ismail, yang kita qurbankan adalah rasa memiliki akan sesuatu yang sebenarnya itu semua adalah titipan Allah SWT dan semuanya akan kembali kepada Allah SWT.